_Ilmu hikmah_
Wayan Supadno
Kawula muda harus memahami bahwa terjadinya " guremisasi " petani Indonesia, karena industrialisasi nuansa inovasi pada ruas hilir hasil bumi " belum " sesuai harapan. Guremisasi adalah proses makin sempitnya kepemilikan lahan petani.
Data BPS hasil Sensus Pertanian tahun 2023 ada 16,68 juta KK petani hanya memiliki lahan 0,3 ha/KK. Padahal Sensus Pertanian 2013 hanya 14,3 juta KK petani. Padahal tahun 1980 an indeksnya lahan petani masih 3 ha/KK petani.
Gagalnya industrialisasi ruas hilir inovatif. Selain terjadi guremisasi karena bagi hak warisan sawah lalu makin sempit. Juga tercipta pengangguran di pedesaan hingga jadi TKI dan kemiskinan petani 49,8% dari semua petani (Kemenko PMK).
Selain itu, karena tidak ada industri sebagai " off taker " berdampak pada fluktuatifnya harga hasil bumi karya petani. Kadang tidak laku karena berlimpah, kadang juga terlalu mahal tidak logis. Lalu fluktuatif dan industrinya impor bahan baku.
Yang sukses melakukan industrialisasi ruas hilir baru sawit. Ada kepastian pasar off takernya yaitu pabrik kelapa sawit. Walaupun yang diekspor wujud CPO (minyak mentah) hanya 7%, dari 49 juta ton/tahun, dominan RPO. Tapi itu masih sangat dangkal.
Padahal invensi hasil riset sawit ada 189 item. Dominan belum terhilirisasikan. Jika dominan terhilirisasikan PDB sawit bukan hanya Rp 1.540 triliun setara 7% dari total PDB. Bisa jadi 20 kali lipatnya. Misal jadi pangan, kosmetik, farmasi dan lainnya.
Komoditas selain sawit sangat besar potensi dan nilai tambahnya. Hingga 1 cabang pasar induk Paskomnas membuang sayur dan buah tidak laku sebanyak 70 ton/hari, ini yang dikeluhkan Dirutnya. Pertanda antara pasar dan yang ditanam belum pas.
Sisi lain lagi, kita juga masih sangat banyak komoditas ekspor bahan mentah jadi bahan baku industri di luar negeri. Misal saja kelapa miliaran butir/tahun, kakao, kopi, karet dan lainnya. Padahal tindakan ini memperkaya negara lain. Ironis lagi, pekerjanya TKI kita.
Yang mesti dilakukan kawula muda calon industriawan agro inovatif pada pra investasi agar nilai tambah besar, cepat ROI (kembali modal) dan manfaatnya luas bagi masyarakat maupun ekonomi nasional, cipta lapangan kerja, cetak pajak sekaligus devisa.
Intelijen bahan baku. Ini mutlak, agar ada kepastian bahan baku. Percuma pabrik canggih, permintaan besar karena pasar global ekspor memenuhi maunya miliaran umat manusia, jika tiada kepastian kualitas, kuantitas, kontinuitas dan kompetitifnya harga.
Intelijen dukungan masyarakat dan pemda setempat. Penting. Agar tahu welcome tidaknya. Agar tiada gangguan sosial yang menguras energi jangka panjang. Mental oknum pejabat pemdanya suka jadi pengemis dan pungli atau tidak. Kita jadi mesin ATM , Sapi Perah mereka atau tidaknya.
Intelijen pasar. Ini hal mutlak walaupun pasar bisa direkayasa atau dibangun. Tak ubahnya minuman mineral Aqua, dulunya tiada pasarnya, tapi sekarang banyak yang latah. Apalagi jika targetnya pasar global tentu besar sekali. Pasar domestik saja sebentar lagi penduduk kita 300 juta jiwa, ini sangat potensial.
Intelijen Invensi hasil riset yang mau dihilirisasikan agar jadi inovasi membumi. Ini juga sangat penting. Karena akan menentukan berapa banyak nilai tambah didapat, berapa harga pokok produksi (HPP), berapa investasi dan laba maupun omzetnya serta kapan ROI nya.
Cipta kondisi preventif jauh lebih penting dibandingkan kuratif apalagi rehabilitatif. Itu prinsipnya intelijen. Selain itu karakter intelijen adalah rahasia, apa yang kita tahu tidak harus kita katakan dan apa yang kita katakan mutlak harus kita ketahui secara utuh.
Ingat kawula muda pesan insan misi intelijen ini. Bicara adalah perak. Diam adalah emas. Tapi bicara saat yang tepat dan pas adalah berlian. Tinggal dipilih mau jadi yang mana. Selamat berbuat jadi Intelijen bisnis.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630